Umrah ke2 dalam 2 tahun. Satu keluarga pergi, termasuk maktok, mak dah dan mak esah. Ariff belanja. Alhamdulillah. Terima kasih Ariff.
Ayah aku kata; "Abang nak sambung belajar, sambung la. Ayah boleh support. Ariff punya duit banyak..."
Hati sayu lagi sedih "Patutnya abang yang sponsor adik belajar, bukan sebaliknya..."
Dah 22 tahun, dah cukup tua untuk menjalankan tanggungjawab sebagai seorang abang. Tapi x dapat pun berkhidmat untuk adik yang tersayang. Silap kat mana ni?
"Ya Allah, kau tabahkan lah hati ku, kuatkan semangat ku, berikan aku kejayaan di dunia dan akhirat semoga aku dapat berjasa pada keluarga ku. Kau berkatilah roh arwah adik ku, berikan lah aku peluang untuk berjumpa dengannya di akhirat nanti. Amiiiin"
Sunday, July 19, 2009
Thursday, July 16, 2009
A very touching and sad story...T_T
Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah,
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati
dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al Qur'an dan
sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan
penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba."Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat.
Kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang
berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan
dan menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah
membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?""Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenangnya.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian panggilah
Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan."Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?""Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku
pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah
ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan
Jibril memalingkan muka"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu."Siapakah yang sanggup, melihat
kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan
lagi."Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak
bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya."Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku,peliharalah
shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu, tangisan mulai
terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di
wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii…" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup
manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi.
Betapa cintanya Rasulullah s.a.w kepada kita. Sampaikan kisah ini kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Amin...
-credit to Rahimi-
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah,
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati
dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al Qur'an dan
sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan
penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba."Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat.
Kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang
berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan
dan menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah
membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?""Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenangnya.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian panggilah
Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan."Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?""Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku
pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah
ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan
Jibril memalingkan muka"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu."Siapakah yang sanggup, melihat
kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan
lagi."Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak
bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya."Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku,peliharalah
shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu, tangisan mulai
terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di
wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii…" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup
manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi.
Betapa cintanya Rasulullah s.a.w kepada kita. Sampaikan kisah ini kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Amin...
-credit to Rahimi-
Wednesday, July 1, 2009
let's talk about sincerity, shall we?
I've been thinking about it lately. Ever since the outburst in FB (so unwise, I admit) But, something caused it. To some people, it is minor. Nothing to get emotional about. But to me, it is everything. Friendship to me means being sincere, honest, trust. You don't be friends with someone just because he's rich, handsome or smart. That's fake. I treat my friends well, although not equally well, I have to admit. I expect the same treatment.
Now, when people asks you to hang out with them you would happily oblige unless you have other things to do. These are your friends, mind you. So, that is expected.
But then, you found out that the person who asks you out isn't sincere in asking you out. That friend is forced to ask you out just because you over heard their plan to go out, how would you feel?
I felt utterly horrible. Mad at the time, really. Overboard, I shamefully admit. Look, if you don't want me there, just say it. I WOULD UNDERSTAND! In fact, I would receive it better.
But, I shouldn't have gone overboard. I can be a bit emotional at times. Followers of my blog would agree with this statement. Saying HATE is easy, but to actually HATE someone is hard. Especially if you've known that person for a very long time. And when that person is actually nice, except for that one particular mistake.
I wouldn't put the names of people involved in this minor heated argument. If they read this, they would know who I was referring to.
Now, when people asks you to hang out with them you would happily oblige unless you have other things to do. These are your friends, mind you. So, that is expected.
But then, you found out that the person who asks you out isn't sincere in asking you out. That friend is forced to ask you out just because you over heard their plan to go out, how would you feel?
I felt utterly horrible. Mad at the time, really. Overboard, I shamefully admit. Look, if you don't want me there, just say it. I WOULD UNDERSTAND! In fact, I would receive it better.
But, I shouldn't have gone overboard. I can be a bit emotional at times. Followers of my blog would agree with this statement. Saying HATE is easy, but to actually HATE someone is hard. Especially if you've known that person for a very long time. And when that person is actually nice, except for that one particular mistake.
I wouldn't put the names of people involved in this minor heated argument. If they read this, they would know who I was referring to.
I SINCERELY AND HUMBLY APOLOGISE.
I didn't mean what I say. It was the heat of the moment. I got carried away. I always do. Let's be friends again. Please?
Subscribe to:
Posts (Atom)